Menjaga lisan dalam Islam bukan perkere sepele, banyak yang terjatuh di dalamnya. Oleh karena itu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mewanti wanti kita untuk menjaga lisan dan kemaluan, dengan sebab pengaruhnya yang besar. Jaga lisanmu dan diam lebih baik saat fitnah mendera. Fitnah adalah suatu kondisi banyak kekacauan di dalamnya. Fitnah dalam Islam bukan disikapi dengan kekalutan, kekasaran, bahkan kecerobohan. Tidak!!! Sekali kali tidak begitu ... Islam mengajarkan umatnya untuk hilm, dan ta'any (santun dan tidak tergesa-gesa).
Hadits tentang fitnah menyebutkan bahwa ia bagaikan potongan malam yang gelap. Terlebih lagi, hadits tentang bahaya lisan, "Hampir-hampir seseorang mengucapkan suatu kalimat yang jauhnya sejarak langit dan bumi ..." Inilah contoh fitnah akhir zaman yang terus menggerus manusia. Diam itu emas / silent is gold, menurut pepatah orang Inggris dan ternyata ada balasannya, "Tak selamanya diam itu emas." Artinya ada masanya seseorang harus berbicara menyampaikan kebenaran dan tentunya ia mengetahui konsekuensi maslahat dan madharat terhadap ucapannya.
Hikmah di balik fitnah, biasanya orang-orang baru mengetahui suatu kasus setelah fitnah itu reda, adapun para ulama sudah mengetahui sebelumnya. Yang demikian disebabkan bashirah mereka. Bahaya lisan dalam Islam disebutkan sebagai akhlak madzmumah. Rasulullah mengajarkan kepada umatnya sebuah doa menjaga lisan dan hati, agar keduanya bersih dari noda dan cela.
Kisah menjaga lisan banyak bertebaran dalam kisah-kisah para ulama. Itulah contoh akhlak yang nyata (baca: teladan para ulama dalam menyikapi fitnah). Tujuan akhlak adalah untuk mengajak manusia menjadi pribadi yang mempunyai pekerti yang luhur. Macam macam akhlak menurut pembagiannya ada dua macam; akhlak mahmudah (terpuji) dan akhlak madzmumah (tercela).
Salah satu praktek berakhlak mulia ialah jangan meremehkan orang lain, menghormati kekurangan orang lain dengan tidak mencelanya. Hukum mencaci maki dalam Islam disebutkan dalam surat Al Hujurat; agar kita tidak memanggil dengan gelaran yang buruk atau dalam sebuah hadits; agar kita kita tidak mencela ayahbunda orang lain. Diam dalam Islam menempati posisi yang mulia. Antara lisan dan diam, keduanya saling terkait. Perhatikanlah sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berikut ini,
"Falyaqul khaira au liyasmut" (Maka berkatalah yang baik atau diam).
Komentar